Senin, 25 Mei 2009

Adat Istiadat di NTT

Upacara Reba



A. Selayang Pandang
Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan rasa terima kasih terhadap jasa para leluhur. Upacara ini juga digunakan untuk mengevaluasi segala hal tentang kehidupan bermasyarakat pada tahun sebelumnya yang telah dijalani oleh masyarakat Ngada. Melalui upacara ini, keluarga dan masyarakat meminta petunjuk kepada tokoh agama dan tokoh adat untuk dapat menjalani hidup lebih baik pada tahun yang baru. Upacara ini diadakan setiap tahun baru, tepatnya di bulan Januari atau Februari.
Tuan rumah untuk upacara ini selalu bergiliran pada setiap tahunnya. Sehari sebelum perayaan Reba dimulai, dilaksanakan upacara pembukaan Reba (su‘i uwi). Pada malam su‘i uwi dilakukan acara makan minum bersama (ka maki Reba) sambil menunggu pagi. Pada pagi harinya, ketika upacara berlangsung, para tamu disediakan makanan dan minuman yang sudah matang dan siap dimakan (Ngeta kau bhagi ngia, mami utu mogo. Kaa si papa vara, ini su papa pinu). Hidangan utama dalam pesta ini adalah ubi. Bagi warga Ngada, ubi diagungkan sebagai sumber makanan yang tak pernah habis disediakan oleh bumi. Karena itu, warga Ngada tidak akan pernah mengalami rawan pangan ataupun busung lapar.
Selama upacara Reba berlangsung diiringi oleh tarian para penari yang menggenggam pedang panjang (sau) dan tongkat warna-warni yang pada bagian ujungnya dihiasi dengan bulu kambing berwarna putih. (tuba). Sebagai pengiring tarian adalah alat musik gesek berdawai tunggal yang terbuat dari tempurung kelapa atau juga dari labu hutan. Sebagai wadah resonansinya alat musik ini ditutupi dengan kulit kambing yang pada bagian tengahnya telah dilubangi. Sedangkan penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang telah digosok dengan lilin.

B. Keistimewaan
Upacara adat Reba biasa dilakukan tiga sampai empat hari. Sebelum pelaksanaan upacara tari-tarian dan nyanyian (O Uwi) diadakan misa inkulturasi di gereja yang dipimpin oleh seorang pater atau romo. Beberapa rangkaian upacara juga diiringi dengan koor nyanyian gereja, dan menggunakan bahasa lokal Ngada. Upacara ini memang memadukan unsur adat dengan agama.
Di luar gereja, suasana upacara adat bertambah meriah, ketika para penonton dan penari disodori satu dua gelas arak (tua ara). Ini merupakan tradisi setiap orang Ngada yang hadir dalam upacara tersebut. Namun demikian, Reba tidak sekadar pesta hura-hura, tapi wujud kegembiraan (gaja gora) masyarakat Ngada dengan tetap menjaga nuansa rohani.

C. Lokasi
Upacara Reba dapat disaksikan di masing-masing kecamatan yang terletak di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi NTT. Masing-masing kecamatan itu adalah Aimere, Bajawa, Mataloko, Jerebu‘u dan So‘a.

D. Akses Menuju Lokasi
Dari Kupang, ibukota Provinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende, sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ngada yang berjarak sekitar 61 kilometer dengan naik minibus.

E. Tiket Masuk
Setiap pengunjung tidak dikenakan biaya tiket masuk.

F. Akomodasi dan Fasilitas
Di kota Ngada terdapat beberapa hotel, mulai dari kelas melati hingga bintang dua. Di samping itu, terdapat beberapa restoran yang menyediakan makanan khas Ngada, dan beberapa biro wisata yang siap melayani wisatawan ke obyek wisata lainnya di sekitar Ngada.

Tarian Pasola



A. Selayang Pandang
Jika memilih berlibur ke Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, sebaiknya Anda mempertimbangkan waktu yang tepat agar dapat menyaksikan permainan perang-perangan tradisional yang disebut Pasola. Pasola adalah permainan perang dua kelompok ‘pasukan‘ berkuda yang saling melempar lembing (tombak kayu) di sebuah padang savana. Secara etimologis, Pasola berasal dari kata ‘sola‘ atau ‘hola‘ yang bermakna tombak kayu atau lembing. Setelah mendapat imbuhan ‘pa‘ menjadi ‘pasola‘ atau ‘pahola‘, maka artinya menjadi permainan ketangkasan menggunakan lembing.

Menurut cerita setempat, tradisi unik ini lahir dari kisah percintaan janda cantik jelita bernama Rabu Kaba. Sebelum menerima status janda, Rabu Kaba adalah istri sah dari Umbu Dula, satu di antara tiga bersaudara pemimpin warga Waiwuang. Dua saudara lainnya bernama Ngongo Tau Masusu dan Yagi Waikareri. Seperti diceritakan dalam situs http://sumbaisland.com, ketiga bersaudara ini kemudian berpamitan kepada warga Waiwuang untuk pergi melaut. Namun, ternyata mereka pergi ke daerah selatan Pantai Sumba Timur untuk mengambil padi. Setelah sekian lama, ternyata ketiga bersaudara tersebut tak kunjung pulang. Warga pun mencari jejak mereka tetapi tak berhasil menemukannya. Akhirnya, warga bersepakat mengadakan upacara perkabungan dan menganggap ketiga bersaudara itu telah meninggal.

Singkat cerita, janda cantik istri mendiang Umbu Dulla kemudian menjalin kasih dengan Teda Gaiparona, seorang pemuda tampan dari Kampung Kodi. Tetapi, karena peraturan adat tidak menghendaki percintaan mereka, sepasang kekasih ini kemudian melakukan kawin lari. Janda cantik itu pun diboyong oleh Teda Gaiparona ke Kampung Kodi. Tak berapa lama setelah peristiwa kawin lari tersebut, tiga bersaudara Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri, dan Umbu Dula pulang kembali ke Kampung Waiwuang, dan mendapati berita bahwa Rabu Kaba telah dibawa lari oleh Teda Gaiparona.

Perselisihan pun tak dapat dielakkan. Tiga bersaudara ini bersama seluruh warga Waiwuang meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona karena telah melarikan Rabu Kaba. Akhirnya kesepakatan pun lahir, yaitu Teda Gaiparona harus mengganti belis (mas kawin) yang diterima oleh si janda cantik dari keluarga Umbu Dulla. Setelah itu barulah pernikahan secara adat dapat dilaksanakan. Usai pernikahan tersebut, Teda Gaiparona berpesan supaya warga melaksanakan Pasola. Dengan cara ini, diharapkan dendam kedua kampung tersebut dapat dilepaskan dengan permainan perang-perangan dan adu ketangkasan melempar lembing dari atas kuda.


Adu ketangkasan menunggang kuda dan melempar lembing

Upacara Adat Reba
Sumber Foto: http://www.sumbanautilresort.com

Pelaksanaan Pasola sendiri sebetulnya merupakan bagian dari ritual kepercayaan Marapu (agama lokal masyarakat Sumba). Menurut situs http://www.anaksumba.nl, dalam kepercayaan Marapu, elemen terpenting adalah menjaga keharmonisan antara manusia dengan nenek moyangnya. Sebab, arwah nenek moyang inilah yang akan membawa kesuburan dan kemakmuran bagi mereka. Nah, permainan Pasola biasanya diadakan sebagai puncak dari Pesta Adat Nyale, yaitu upacara adat untuk memohon restu para dewa dan arwah nenek moyang agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik.

Waktu penyelenggaraan Pasola sangat bergantung pada hitungan para tetua adat (Rato) yang menafsirkan berbagai tanda-tanda alam, termasuk peredaran bulan. Perhitungan para Rato ini konon tidak pernah meleset. Buktinya, setiap hari pelaksanaan Pasola, di tepi pantai biasanya terdapat banyak nyale (cacing laut) sebagai tanda dimulainya permainan Pasola. Dalam kalender Masehi, Pasola diadakan antara bulan Februari hingga Maret di beberapa tempat di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
B. Keistimewaan

Dalam permainan yang menantang dan berbahaya ini, wisatawan dapat melihat secara langsung dua kelompok ‘Kstaria Sumba‘ yang saling berhadap-hadapan, kemudian memacu kuda secara lincah sambil sesekali melesatkan lembing ke arah lawan. Tak hanya mahir berkuda dan melempar lembing, para peserta Pasola ini juga sangat tangkas menghindari terjangan tongkat yang dilempar oleh lawan. Derap kaki kuda yang menggemuruh di tanah lapang, suara ringkikan kuda dan teriakan garang penunggangnya menjadi musik alami yang mengiringi permainan ini. Belum lagi pekikan para penonton perempuan yang menyemangati para ‘pahlawan‘ mereka di medan laga. Itulah suasana tegang dan menantang dalam permainan Pasola.


Peserta Pasola bersiap sebelum permainan dimulai


Sumber Foto: http://www.sumbanautilresort.com

Dalam permainan ini, para peserta telah menyiapkan tongkat kayu khusus sepanjang 1,5 meter dengan diamater 1,5 centimeter. Meskipun tongkat tersebut dibiarkan tumpul, tak jarang permainan ini melukai para pesertanya, bahkan bisa memakan korban jiwa. Darah yang mengucur di arena Pasola dianggap bermanfaat bagi kesuburan tanah dan kesuksesan panen. Sementara apabila terdapat korban jiwa, maka korban tersebut dianggap mendapat hukuman dari para dewa karena telah melakukan suatu pelanggaran. Para peserta yang terkena lembing—jika memungkinkan—dapat membalasnya di arena ini. Akan tetapi jika pertandingan telah usai, sementara peserta masih penasaran untuk membalas terjangan tongkat lawan, maka ia harus bersabar untuk menunggu Pasola pada tahun berikutnya. Sebab, dalam Pasola tidak dibenarkan untuk mendendam, apalagi melakukan pembalasan di luar arena Pasola.


Peserta Pasola bersiap menyerang lawan


Sumber Foto: http://verykaka.wordpress.com

Menurut http://sumbaisland.com, pelaksanaan Pasola tidak hanya merupakan permainan yang bersifat badaniah (profan), melainkan juga merepresentasikan ketaatan para pemeluk kepercayaan Marapu dalam melaksanakan adat istiadat para leluhurnya. Oleh karena bersifat sakral, maka sebelum pelaksanaan Pasola para tetua adat melakukan semedi dan lakutapa (puasa) untuk memohon berkah kebaikan kepada para leluhur dan para dewa.

Selain memiliki nilai sakral, secara fungsional Pasola juga dapat dilihat sebagai elemen pemersatu dalam masyarakat Sumba. Sebagaimana cerita tentang asal muasal Pasola, yaitu untuk menghilangkan dendam antara Kampung Waiwuang dan Kodi, maka Pasola hingga kini telah menjadi ajang silaturrahmi dan persaudaraan di antara warga. Pada waktu istirahat, misalnya, yaitu ketika masuk jam makan siang, para peserta dan penonton akan melebur menjadi satu untuk menikmati makanan khas Pasola, yaitu ketupat. Pendek kata, warga di antara dua kubu yang ‘berperang‘ dalam Pasola sama-sama diajak untuk tertawa serta bergembira bersama sambil menyaksikan ketangkasan para penunggang kuda.
C. Lokasi

Permainan Pasola diselenggarakan di empat kampung di Kabupaten Sumba Barat. Keempat kampung tersebut antara lain Kampung Kodi, Kampung Lamboya, Kampung Wanokaka, dan Kampung Gaura, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pelaksanaan Pasola di keempat kampung tersebut dilakukan secara bergiliran, antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya (bertepatan dengan Upacara Adat Nyale).
D. Akses

Kabupaten Sumba Barat terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini terdapat empat kabupaten, antara lain Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, kabupaten Sumba Tengah, serta Kabupaten Sumba Timur. Untuk menuju Pulau Sumba, wisatawan dapat memafaatkan penerbangan menuju Bandara Mauhau, Kota Waingapu, Ibu Kota Kabupaten Sumba Timur dari berbagai kota besar di Indonesia. Jika Anda berangkat dari Jakarta, pesawat akan melakukan transit di Bandara Ngurah Rai, Denpasar Bali, sebelum melanjutkan penerbangan menuju Waingapu. Di kota ini juga terdapat pelabuhan laut yang melayani pelayaran dari Pulau Sumbawa, Pulau Flores, maupun Pulau Timor dengan jasa pelayaran Kapal Pelni. Dari Kota Waingapu, wisatawan dapat memanfaatkan transportasi umum seperti bus atau menyewa jasa travel untuk menuju lokasi Pasola di Kabupaten Sumba Barat.

E. Harga Tiket
Tidak dipungut biaya.

Jumat, 22 Mei 2009

Tempat Wisata di NTT

Pulau Komodo



Terapung sunyi di tengah megahnya Laut Flores yang berbinar-binar disiram cahaya mentari, Taman Nasional Komodo harus dicapai dengan speedboat yang bisa disewa di Pelabuhan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Pastikan kamera Anda selalu dalam genggaman. Panorama onggokan pulau-pulau gersang berstruktur tanah merah berkilauan yang bertebaran di lautan, serta taman laut warna-warni yang terlihat jelas dengan mata telanjang dan dapat diabadikan tanpa perlu mencelupkan kamera ke dalam air, adalah 'bonus' perjalanan panjang selama 4 jam ini, hingga berlabuh di dermaga Loh Liang, di pulau yang nyaris tak tersentuh peradaban, Pulau Komodo. Di sinilah petualangan Anda akan berawal.

Bagi sebagian penduduk di Pulau Komodo, hewan ini dianggap lebih berbahaya terhadap manusia daripada buaya, karena kandungan bakteri pada air liurnya yang dapat menyebabkan infeksi berat.

Biasanya, musim kawin komodo terjadi antara Juni-Juli. Pada Agustus, komodo betina akan menggali sarang berupa gundukan bekas sarang burung Gosong (Megapodius reindwardt) di bukit dan sarang lubang di tanah, untuk menyimpan telurnya yang dapat mencapai 38 butir. Telur komodo biasanya dijaga oleh induknya, namun anak yang baru lahir pada bulan Februari atau Maret tidak dijaga, malah sering dimakan.

Komodo membutuhkan lima tahun untuk tumbuh sampai ukuran dua meter dan dapat terus hidup sampai 30 tahun. Memasuki 4-5 tahun adalah masa awal kematangan komodo secara seksual.

Gua Liang Bua



A. Selayang Pandang
Gua Liang Bua diperkirakan mulai terbentuk sekitar 190.000 tahun yang lalu. Hal ini didapat dari uji laboratorium terhadap sampel sedimen di pojok selatan gua. Diperkirakan gua ini terbentuk dari arus sungai yang membawa bebatuan menembus gundukan bukit. Setelah melalui proses panjang, bebatuan itu menjadi batuan sedimentasi.
Pada tahun 2001 dilakukan eskavasi arkeologi di Gua Liang Bua, yang merupakan kerja sama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama University of New England, Australia. Hasil penelitian arkeologinya baru diumumkan pada tanggal 28 oktober 2004, bahwa telah ditemukan fosil manusia cebol atau hobbit. Penemuan tersebut membuat gua Liang Bua menjadi menjadi sangat menarik untuk dikunjungi para wisatawan.

B. Keistimewaan
Situs Gua Liang Bua merupakan salah satu situs arkeologi penting tingkat dunia. Di gua ini, terdapat situs arkeologi tempat ditemukannya fosil Homo Floresiensis (Manusia Flores) yang mempunyai tinggi badan sekitar 100 cm dengan berat hanya 25 kg.
Fosil-fosil tengkorak tersebut diduga berasal dari suatu spesies manusia yang tumbuh tidak lebih besar dari kanak-kanak berusia lima tahun. Manusia kerdil yang memiliki tengkorak seukuran buah jeruk ini diduga hidup 13.000 tahun lalu, bersama gajah-gajah pigmi dan kadal-kadal raksasa seperti Komodo. Temuan ini diklaim sebagai spesies baru yang kemudian dinamakan Homo Floresiensis.

C. Lokasi
Gua Liang Boa terletak di Pulau Flores, tepatnya di dusun Rampasasa, Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

D. Akses Menuju Lokasi
Dari kota Kupang Ibukota provinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat dengan waktu tempuh satu setengah jam ke kota Ende di Pulau Flores. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ruteng dengan angkutan umum berupa minibus selama sekitar empat jam. Dari Ruteng menuju Rampasasa, berjarak 13 km, dapat ditempuh dengan angkutan umum.

E. Tiket Masuk
Pengunjung tidak dikenakan tiket masuk.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di wilayah Rampasasa, wisatawan dapat menemui sarana berupa losmen dan rumah makan.


Danau Kelimutu



A. Selayang Pandang
Danau Kelimutu yang terletak di puncak Gunung Kelimutu ini masuk dalam rangkaian Taman Nasional Kelimutu. Danau ini berada di ketinggian 1.631 meter dari permukaan laut.
Beberapa flora yang dapat ditemui di sekitar danau antara lain Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus sp.)

B. Keistimewaan
Danau Kelimutu mempunyai tiga kubangan raksasa. Masing-masing kubangan mempunyai warna air yang selalu berubah tiap tahunnya. Air di salah satu tiga kubangan berwarna merah dan dapat menjadi hijau tua serta merah hati; di kubangan lainnya berwarna hijau tua menjadi hijau muda; dan di kubangan ketiga berwarna coklat kehitaman menjadi biru langit.

C. Lokasi
Secara adminitratif, Danau Kelimutu berada pada 3 kecamatan, yakni Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona, ketiganya berada di bawah naungan Kabupaten Dati II Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

D. Akses
Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Setiba di Ende, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum berupa mini bus, menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Dari Desa Koanara menuju Puncak Danau Kelimutu, wisatawan harus berjalan sepanjang 2,5 km.

E. Tiket Masuk
Hingga bulan Februari 2008, dilaporkan bahwa pada hari biasa, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 3000, namun pada akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 5000.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Karena menjadi salah satu objek wisata andalan bagi pemerintah setempat, maka akomodasi di sekitar danau cukup diperhatikan.
Terdapat pondok jaga, shelter berteduh untuk pengunjung, MCK, kapasitas lahan parkir yang mampu menampung sekitar 20 mobil, serta beberapa losmen kecil bagi para wisatawan yang hendak menginap.

Taman Laut Selat Pantar



A. Selayang Pandang
Selat Pantar merupakan laut yang memisahkan antara Pulau Alor dan Pulau Pantar. Tercatat, rata-rata terdapat 100 kunjungan wisatawan asing per-tahun yang datang menyelam Taman Laut Selat Pantar. Semenjak krisis ekonomi melanda, tahun 2001 tercatat 187 penyelam, namun tahun berikutnya hanya 109 penyelam. Angka ini boleh dibilang cukup kecil mengingat potensi taman laut Selat Pantar yang sangat besar.
Wisata bahari Taman Laut Selat Pantar mempunyai panorama bawah laut yang menakjubkan sehingga menjadi primadona dan pemikat bagi para diver dari seluruh dunia.
Keindahan taman laut Selat Pantar melingkupi perairan Alor Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, dan Pulau Pura.
B. Keistimewaan

Tercatat, ada 26 titik selam (diving spot) yang memesona wisatawan. Ke-26 titik diving itu seperti, Half Moon Bay; Peter‘s Prize; Crocodile Rook; Cave Point; The Edge; Coral Clitts; Baeylon; The Arch; Fallt Line; The Pacth; Nite Delht; Kal‘s Dream; The Ball; Trip Top; The Mlai Hall; No Man‘s Land; The Chatedral; School‘s Ut; hingga titik selam Shark Close. Titik selam yang terakhir ini sangat menarik karena merupakan tempat kumpulan ikan hiu yang sangat bersahabat dengan para diver.
Di taman laut ini pula dapat ditemui lumba-lumba abu-abu yang merupakan spesies langka.

C. Lokasi
Taman laut Selat Pantar terletak di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

D. Akses Menuju Lokasi
Wisatawan bisa datang dari Kupang, dengan naik kapal feri dengan waktu tempuh 12-13 jam, menuju Larantuka. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik kapal kayu menuju pelabuhan laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di depan pelabuhan Kalabahi, yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat Pantar.

E. Tiket Masuk
Setiap pengunjung tidak dikenai biaya tiket masuk.

F. Akomodasi
Di kepulauan Alor tersedia rumah makan, penginapan, pemandu wisata, dan perdagangan souvenir khas Pulau Pantar.

Gunung Inerie



A. Selayang Pandang
Gunung Inerie memiliki ketinggian 2.245 meter di atas permukaan laut. Bagian gunung yang berhutan lebat hanya terdapat di sebelah barat lereng gunung. Sedangkan hutan di lereng bagian selatan telah dikonversi menjadi daerah perkebunan. Sebagian besar hutan yang terdapat di dalam kawasan ini terletak pada ketinggian 1.000-1.500 meter dari permukaan laut.
Gunung Inerie pernah meletus pada tahun 1882 dan 1970. Gunung ini ramai didaki ketika musim kemarau, yakni antara bulan Juni hingga Agustus.

B. Keistimewaan
Dari atas puncak Gunung, para pendaki bisa dengan leluasa melihat pemandangan yang indah ke segala arah. Pemandangan Kota Bajawa di sebelah barat laut, dengan kabut tipis di atasnya, tampak seperti kota-kota kecil dan tua di Eropa. Sedangkan di bagian selatan tampak birunya laut Sawu, menempel rapat di kaki Gunung Inerie.
Di sisi selatan puncak Gunung Inerie terdapat sebuah batu besar yang diyakini sebagai penjelmaan dari sosok Jaramasi beserta kuda tunggangannya. Menurut legenda, Jaramasi adalah seorang satria penjaga Gunung Inerie. Kata, ”jara” berarti kuda dan ”Masi” adalah nama orang (laki-laki). Artinya ”kuda milik Masi”, yang merupakan seorang pahlawan di wilayah perkampungan kaki Gunung Inerie.

C. Lokasi
Gunung Inerie terletak di Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

D. Akses
Dari Kupang, ibukota Propinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende, sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Bajawa yang berjarak sekitar 61 kilometer. Kemudian wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan angkutan sewaan menuju desa wisata, Bena, yang terletak 15 km sebelah selatan Bajawa. Inilah desa terakhir sebelum menuju puncak Gunung Inerie.

E. Tiket Masuk
Setiap pengunjung tidak dikenakan biaya tiket masuk.

F. Akomodasi
Di desa wisata Bena yang menjadi pintu gerbang menuju ke arah puncak Gunung Inerie, terdapat tempat penginapan seperti losmen dan warung makan.

Pantai Tablolong



di Kecamatan Kupang Barat. Berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten dengan luas pantai ± 5 km. Spesifikasi daya tarik panorama alam, luas pantai ± 3 km dengan keadaan pantai yang unik dan berpasir putih dengan dukungan laut yang dapat dipakai untuk kegiatan lomba dayung, mancing tradisional, Nasional dan Internasional. Tempat rekreasi, bisa dipakai juga untuk kegiatan selancar angin karena didukung oleh keadaan laut yang tenang.

Dibelakang obyek wisata Tablolong terdapat hutan belukar seluas 3 ha yang dihuni oleh satwa berupa monyet dan kambing hutan. Dibelakang obyek ini terdapat Desa Budaya yaitu Suku Panaf dengan jumlah Kepala Keluarga 18 KK, dengan bahasanya adalah campuran bahasa Oekusi, Helong dan Rote (merupakan keunikan satu Dusun Panaf). Tempat Suku Panaf berupa batu yang bentuknya seperti hidung kambing yang menjorok ke laut
Pantai Wisata Tablolong juga memiliki pasir putih, air yang kristal dan bagus untuk rekreasi dan olah raga. Tablolong terpilih sebagai tempat turnamen pancing yang diselenggarakan setiap tahun. Dapat dijangkau dengan transportasi umum dan pribadi. Obyek wisata ini telah dibenahi dengan sarana antara lain Lopo, Rumah makan, jalan Setapak, MCK dan permainan anak-anak misalnya ayunan.


Air Terjun Oenesu



Dari hutan ke hutan, akhirnya menjelajahi sebuah sumber air yang mengantarkan kita ke sebuah pemandangan yang menakjubkan. Air terjun yang dihiasi bebatuan besar ini mengalirkan kejernihan airnya yang bikin orang pengen terjun mandi disana.AIR terjun Oenesu merupakan sebuah tujuan wisata utama yang selalu ramai dikunjungi, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Terutama pada hari libur atau hari Minggu, obyek ini dikunjungi lebih dari 1000 pengunjung.
Lokasi ini seluas 0,7 hektar (ha) di Kecamatan Kupang Barat. Berjarak 17 kilometer dari Ibu kota Propinsi NTT, yaitu Kota Kupang. Bagi pengunjung yang menyukai petualangan dapat menumpahkan hasratnya di tempat ini, pada lokasi ini cukup menantang baik melewati pegunungan sekitar air terjun atau pun menyusuri sungai kecil sekitar wilayah tersebut. Berbagai satwa yang dilindungi ada dalam lokasi ini sehingga para pengunjung dapat melakukan kegiatan yang disukainya secara bebas.

Saat masuk di obyek ini para pengunjung diharapkan membayar pas masuk Rp 1.500,00 untuk orang dewasa, Rp 1.000 untuk anak kecil. Kendaraan roda empat harus membayar Rp 2.000 dan roda dua membayar Rp1.000. Biaya ini tentunya bermanfaat untuk menambah kocek PAD Kabupaten Kupang, sekaligus juga dipakai untuk operasional pemeliharaan semua lopo, toilet dan fasilitas lain yang dalam kawasan ini.

Air terjun ini memilki spesifikasi daya tariknya. Air Terjun Oenesu memiliki empat tingkat, tempat rekreasi, mandi, kemping dan menelusuri hutan wisata.
Untuk dapat melihat air terjun dari dekat, pihak pengelola telah membuat tangga turun sehingga anak kecil pun dapat langsung melihat keindahan panorama air terjun dari dekat. Pengunjung juga dapat mandi sambil menikmati jatuh serpihan air terjun yang menyentuh tubuh

Gunung Mutis



A. Selayang Pandang
Cagar Alam Gunung Mutis merupakan salah satu obyek wisata andalan yang dimiliki oleh Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kawasan wisata ini terkenal dengan gunung-gunung batu marmernya yang oleh masyarakat setempat disebut Faut Kanaf atau batu nama. Di bawah Faut Kanaf, terdapat sumber-sumber mata air yang disebut Oe Kanaf atau air dari batu. Air yang bersumber dari Faut Kanaf tersebut mengalir menuju satu titik dan membentuk dua buah DAS (Daerah Aliran Sungai), yang oleh masyarakat disebut DAS Benain dan DAS Noelmina. Kedua DAS ini merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Timor Tengah Barat sampai hari ini. Kawasan wisata yang berjarak sekitar 140 km sebelah timur laut dari Kota Kupang ini memiliki luas wilayah sekitar 12.000 hektar dan dihuni oleh salah satu suku tertua di Nusa Tenggara Timur, yaitu Suku Dawan.

B. Keistimewaan
Berkunjung ke Kawasan Wisata Cagar Alam Gunung Mutis sungguh menarik. Sejuta flora dan fauna hidup di dalamnya. Kawasan Wisata Gunung Mutis memiliki tipe vegetasi yang merupakan perwakilan hutan homogen dataran tinggi. Kawasan ini juga didominasi berbagai jenis ampupu (eucalyptus urophylla) yang tumbuh secara alami dan jenis cendana (santalum album). Selain itu di sini dapat ditemui berbagai jenis pohon lainnya seperti hue (eucalyptus alba), bijaema (elacocarpus petiolata), haubesi (olea paniculata), kakau atau cemara gunung (casuarina equisetifolia), manuk molo (decaspermum fruticosum), dan oben (eugenia littorale).
Ada juga jenis tumbuh-tumbuhan seperti salalu (podocarpus rumphii), natwon (decaspermum glaucescens), natbona (pittospermum timorensis), kunbone (asophylla glaucescens), tune (podocarpus imbricata), natom (daphniphylum glauceccens), kunkaikole (veecinium ef. varingifolium), tastasi (vitex negundo). Kemudian ada juga manmana (croton caudatus), mismolo (maesa latifolia), kismolo (toddalia asiatica), pipsau (harissonia perforata), matoi (omalanthus populneu), dan aneka jenis paku-pakuan dan rumput-rumputan.
Selain kaya dengan flora, kawasan wisata Mutis juga menyimpan aneka fauna khas Pulau Timor. Di kawasan ini, pengunjung dapat menyaksikan rusa timor (cervus timorensis), kus-kus (phalanger orientalis), babi hutan (sus vitatus), biawak (varanus salvator), biawak timor (varanus timorensis). Di kawasan ini juga terdapat ular sanca timor (phyton timorensis), ayam hutan (gallus-gallus), punai timor (treon psittacea), betet timor (apromictus jonguilaceus), pergam timor (ducula cineracea), dan perkici dada kuning (trichoglosus haematodus).
Pemandangan menarik lainnya yang dapat disaksikan adalah cara suku-suku asli di kawasan wisata ini untuk menafkahi hidupnya. Dengan memanfaatkan dahan dan ranting pohon-pohon besar, penduduk setempat membuatkan rumah bagi lebah hutan penghasil madu. Dari madu lebah hutan ini, masyarakat dapat berharap banyak untuk menopang kehidupan ekonominya, selain dari hasil ternak dan pertanian.

C. Lokasi
Secara geografis, Cagar Alam Gunung Mutis terletak di wilayah Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

D. Akses
Untuk mencapai Mutis perjalanan dimulai dari Kota Kupang menuju SoE, kota Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan jarak 110 km dan waktu tempuh kurang lebih 2,5 jam. Dari SoE, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang bus menuju Kapan, Kota Kecamatan Mollo Utara. Dari Kapan, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Fatumnasi, sebuah desa yang berada di lereng Gunung Mutis dan merupakan pintu masuk untuk memasuki kawasan wisata ini. Perjalanan sejauh 15 km dengan menggunakan bus tersebut akan mengantarkan pengunjung memasuki kawasan wisata Gunung Mutis yang sungguh memesona itu.

E. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Sarana akomodasi dan fasilitas yang paling dekat dari kawasan wisata ini terdapat di Kapan, Kota Kecamatan Mollo Utara. Di Kapan, pengunjung dapat menjumpai rumah-rumah penginapan, rumah makan, toko-toko klontong, kios-kios cenderamata, warung telekomunikasi, kios-kios penjual voucher handphone, rumah ibadah (gereja), dan lain-lain.

Jumat, 15 Mei 2009

TENTANG NTT

Sekilas NTT

Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah propinsi di Sebelah utara indonesia. Propinsi ini terdiri beberapa pulau besar antara lain : Pulau Timor, Rote, Sumba, Flores, Alor, Sabu, Semau dan adonara serta dikeliling oleh ratusan pulau-pulau kecil. Setiap pulau biasanya mewakili suatu suku bangsa dengan adat, bahasa, budaya serta aturan yang berbeda-beda. Nama lain dari pripinsi ini adalah "NUSA CENDANA" karena di tempat ini tumbuh sebuah pohon yang bernama Cendana. Daerah ini mempunyai daya tarik wisata yang sangat banyak diantaranya Gaya Hidup, Kesenian, Kerajinan tangan, legenda serta wisata alam, gunung, pantai, teluk, keindahan bawah laut dan kekayaan laut laut yang sangat luar biasa.


IKLIM

Iklim di Kota Kupang dipengaruhi oleh iklim dari kering dari australia.Jumlah hujan yang turun setiap tahun berkisar antara 500 mm - 2000 mm per tahun. Musim hujan berlangsung pada bulan November-April dan musim kering berlangsung pada bulan Mei-oktober. Temperaturnya di daerah dataran coastal berkisar 30 0c-35 0c dan pada dataran tinggi berkisar 15 0c-17 0c.

GEOGRAPHI

Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah satu dari 3 propinsi di kepulauan Nusa tenggara. Mulai dari Bali, NTB, NTT serta negara Timor Leste. Luas dari NTT ini adalah 49.880 kilometer persegi, dan populasi penduduk sebesar 3.700.000 dari 37 suku utama. NTT terdiri dari 111 pulau termasuk yang sudah ada nama, maupun yang belum ada nama. 3 Pulau besar yang ada yaitu :

  • Flores yang adalah pulau vulkanik dengan daerah yang unik serta daya tarik yang spektakuler. Danau KELIMUTU menjadi salah satu tujuan wisata terfaforit, dengan 3 danau kawahnya yang mempunyai 3 warna yang selalu berbeda misalnya biru, merah dan hijau. Warna ini bisa berubah setiap saat.

  • Sumba adalah pulau yang terkenal dengan kesenian, kerajinan tangan, beraneka kain tenun serta peninggalan sejarah.

  • Timor, adalah suatu pulau yang terdapat ibukuta dari propinsi ini yaitu KUPANG dan merupakan pusat bisnis dan pemerintahan di NTT. Ditempat ini juga terdapat beraneka macam daya tarik wisata misalnya pantai, kerajinaan tanga, penionggalan sejarah serta wisata alam lainnya.


Beberapa pulau lainnya antara lain Lembata, Adonara, Solor, Palue, Nules, Komodo, Rinca, Sumba, Sabu, Raijua, Rote, Semau, Alor dan Pantar.





Countour Tanah dan Geologi

Rata-rata 57 % dari daerah ini adalhan perbukitan dengan gunung-gunung yang mnjulang sampai 2427 m (Gunung Mutis) di pulau timor dan 1792 m (G. Kelimutu) di Flores. Gunung-gunung yang ada di NTT tidak setinggi dengan gunug-gunung yang ada di NTB.

Geologi dari kepulauan di NTT dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

  • Yang terbentuk dari adanya pegunungan volkanik terdiri dari Rinca, Komodo, Flores, Alor, Pantar, Adonara, Lembata dan Solor,yang mempunyai tanah subur.

  • Yang terbentuk dari batu kapur serta batukarang misalnnya Sumba, Sabu, Rote, Semau dan Timor.

AGAMA


Ketika mayoritas penduduk indonesia beragama islam, banyak penduduk NTT yang beragama Kristen. Kira-kira 56 % Katolik, 35 % Protestan, 7 % Islam, 0,6 % Hindu serta budha dan 0.4 % yang masih menganut agama kesukuan (kepercayaan tradisional).